Remember

Duk....
Seorang gadis manis kelas 3 SMP berambut klimis diikat dua berjalan dengan sempoyongan menabrak pohon tak bersalah. Raut wajahnya menunjukkan luka dan kekesalan. Entah sampai kapan dia akan menahannya. Mentari pun hampir pulang ke rumahnya. Gadis manis itu pun lekas berlari berharap ibunya tak akan memarahinya. Berlari sambil menangis ditemani dengan iringan kepergiannya sang mentari, miris. "Mengapa selalu saja berakhir begini? apa tak ada seseorang pun yang bisa menghargaiku?" lontar dia dalam hati.

Melihat rumahnya sudah ada di depan mata, ia segera membasuh air matanya dan membuat senyum palsu. Ya....itu semata-mata hanya tak ingin membuat ibunya khawatir. Entah apa yang dipikirkan ibunya ketika melihat gadis kecilnya menangis sepulang sekolah. "Aku pulang! Ibu, maaf, tadi ada rapat pengurus OSIS dadakan. Lama sekali deh! benar-benar bikin geram!" Senyum ibunya pun membalas dengan lembut, "Sudah, tak apa. Masa muda memang harus begitu, suatu saat pasti kamu akan membanggakannya. Ayo, lekas mandi dan makan, ibu sudah memasak makanan kesukaanmu. Sambal goreng terung dengan telur setengah matang, kamu benar-benar seperti nenek-nenek deh." Mendengarnya Theresa segera bergegas ke kamar mandi. Ya....gadis berambut klimis diikat dua itu bernama Theresa, nama yang sangat cantik.

"Fuh.....hari ini sangat melelahkan. Baru saja cintaku bertepuk sebelah tangan. Cinta yang telah lama kupendam mulai jaman kelas 1 SMP hingga sekarang. Kupikir aku sudah melupakannya karena itu sudah terlalu lama. Tapi....ketika aku sekilas melihatnya tertawa mesra bersama Nadin adik kelasku, raasanya ingin mati. Kupikir dia menyukaiku, SMS penuh rayuan ternyata hanya omong kosong. Yah...tak apa lah, sejak awal aku tahu ini hanya cinta sepihak. Aku yang cinta, bukan dia." ujar Teresha sedikit lesu sembari menenggelamkan kepalanya ke dalam air hangat. Setelah 15 menit berendam ia pun bergegas ganti baju, makan, dan berbaring saking lelahnya. "Aneh sekali, rasa pedas, manis, dan asin yang biasanya au rasakan saat makan makanan kesukaanku, mengapa jadi tersa hambar?" ujarnya.

“while it's true in tennis, love is zero. but zero is also where everything starts. nothing would ever be born if we didn't depart from there. nothing would be ever achieved.”  Seketika Theresa ingat kata-kata yang terdapat dalam sebuah serial komik misteri yang sangat disukainya. "Yah....sekarang baru kumengerti, sekeras apa pun berusaha, hanya sakit yang kutemukan

-To be continued
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme